Saturday, April 30, 2005

aemmmmm...en everidei pipel.....
ayo menyanyi...

See I was resting at the park minding my ownbusiness as I kick up the treble toneon my radio tape player box, rightjust loud enough so folks could hear it's hype, see ?Outta nowhere comes the woman I'm datinginvestigation maybe she was demonstratingBut nevertheless I was pleasedMy day was going great and my soul was at easeuntil a group of brothers started bugging outdrinking the 40 oz, going the nigga routeDisrespecting my black queenholding their crotches and being obsceneAt first I ignored them cause see I know their typeThey got drunk and got guns and they wanna fightand they see a young couple having a time that's goodand their egos wanna test a brother's manhoodSo they came to test Speech cause of my hair-doand the loud bright colors that I wear [Boo !]I was a target cause I'm a fashion misfitand the outfit that I'm wearing brothers dissing itWell I stay calm and pray the niggaz leave me bebut they're squeezing parts of my date's anatomyWhy, Lord, do brothers have to drill me ?Cause if I start to hit this man they'll have to kill me[CHORUS:]I am everyday people (2x)I told the niggaz please let us pass, friendI said please cause I don't like killing Africansbut he wouldn't stop and I ain't Ice Cubebut I had to take the brother out for being rudeand like I said before I was mad by thenIt took three or four cops to pull me off of himBut that's the story y'all of a black manacting like a nigga and get stomped by an African[CHORUS]

Wednesday, April 27, 2005

PN JAKPUS 27 APRIL 2005

----
"Masih ingat saya Pak?" begitu sapa pertama saya saat pertama kali menyadari kalau saya mengenali salah seorang bapak berjanggut putih dengan penuh kerut di mukanya. Dia terdiam sejenak, sepertinya berusaha untuk mengumpulkan memorinya mengingat kembali saya yang berada di depannya dan menyapanya..."Buyung pak, TRANS TV, yang dahulu datang ke rumah Bapak dan melakukan wawancara", akhirnya matanya yang tetap bening menyiratkan bahwa dia mengenal dan mengingat kembali saya yang berada disana. "Lho, kok sendirian? Mana temennya yang dulu", dia menanyakan Vera, reporterku yang dahulu bersama saya mewawancarainya.

----
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pukul 10.45 saya telah datang disana. Begitu saya naik ke lantai dua gedung di jalan Gajah Mada ini, disana berderet duduk orang-orang yang sudah berusia lanjut. Rata-rata muka mereka telah berkerut menunjukkan umur dan pengalaman hidup. Mungkin pagi itu ada sekitar 40 orang jumlah mereka disana.

Murad Aidit, bapak yang saya tegur tadi, adalah salah satu dari mereka. Murad adalah kakak kandung dari Achmad Aidit yang kemudian lebih melegenda dengan nama terakhirnya yaitu Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit. Setahun lalu saya berkenalan dengannya untuk melakukan wawancara guna pembuatan episode HITAM PUTIH berjudul PKI. Saat itu kami membutuhkan cerita dia mengenai adiknya, DN Aidit. Dengan sabar dia menjawab pertanyaan-pertanyaan kami tentang pribadi DN Aidit, bagaimana DN masa kecil, saat mudanya hingga kemudian memutuskan untuk bergabung dengan Partai Komunis Indonesia atau PKI. Saat kami bertanya apakah kami boleh mengambil gambar dari dokumentasi foto keluarga yang dimilikinya dia menjawab "Aduh, semua dokumentasi itu entah ada dimana. Kemungkinan besar semuanya sudah hilang tak berbekas. Mungkin dibakar saat kekacauan itu terjadi. Tak ada sisa kenangan dari masa-masa kecil kami semua"

----
Sekarang Murad sedang mengusahakan menanam rami, tanaman bahan pembuat karung goni. Seketika saya menyahut "Wah, adik saya yang kedua Tugas Akhir kelulusannya mengenai rami Pak, dia meneliti rami dalam kemungkinan untuk melakukan kultur jaringan pada tanaman itu"
----

Jam sudah menunjukkan pukul 12.oo di siang hari. Lorong PN Jakarta Pusat di lantai dua menyembunyikan saya dan orang-orang tua itu dari terpaan langsung sinar matahari yang menyala panas siang itu. Gatot dan Asfin, dua orang pengacara dari LBH Jakarta terlihat gelisah. Mereka sudah 2 jam menunggu jadwal untuk sidang. Gatot dan Afin adalah kuasa hukum dari para korban 65.

"Sepertinya sidang class action ini dicuekin ya?" kata saya pada Pak Murad. Dia hanya tertawa, kemudian dia berkata "Sidang ini gunanya tidak terlalu banyak untuk kami, yang kami inginkan adalah agar pada masa datang perlakuan yang pernah ditimpakan pada kami tidak terulang pada anak-anak kami dan generasi selanjutnya sesudah kami"

----
Akhirnya sidang class action ini dimulai juga, jam di telepon genggam saya menunjukkan pukul 14.00. Terlambat 4 jam. Dan hanya ada 2 orang tergugat yang diwakili oleh kuasa hukumnya yang datang, yaitu tergugat 3 (Gus Dur) dan tergugat 5 (Soeharto). Hasilnya? Akan dilanjutkan pada 11 Mei emndatang dengan isi sidang adalah pembahasan terhadap layak atau tidaknya gugatan class action ini dilakukan. HAnya satu kali saja tanggapan bisa diberikan oleh kuasa hukum para tergugat.

Monday, April 25, 2005

"Kesempatan tidak pernah datang dua kali", salah seorang seniorku di pekerjaan dan di kampus dahulu memberikan alasannya kenapa dia menyarankanku untuk mengambil kesempatan sekolah itu. Menurutnya, hanya sedikit saja orang sipil di negeri ini yang pernah kuliah di bidang ini "sebutlah Kusnanto Anggoro, Juwono Sudarsono, Indra J Piliang dan Salim Said"

"Rezeki itu selalu ada yung, apalagi yang namanya anak selalu ada rezekinya" begitu jawabnya saat saya bertanya tentang bagaimana menghidupi keluarga. Alasan yang ebrbeda dengan pendapat chief-ku kemarin "Lu harus pikirin anak yung, kesempatan sekolah masih mungkin lu dapet tahun depan saat anak lu udah agak besar sehingga secara keuangan lu bisa lebih stabil"

Hmmmm pendapat-pendapat yang berbeda di bebrapa orang mencerahkanku tentang banyak hal. Tentang bagaimana mengambil keputusan yang baik, bagaimana harus menghitung konsekuensi dari keputusan yang kita ambil. Sejauh kita sadar dalam mengambil keputusan maka semua konsekuensi lanjutannya adalah hal yang niscaya dan harus dihadapi.

"Tapi apapun yang aku omongin sekarang, yang terkahir memutuskan adalah hati nurani kamu Yung, kamu harus ikut hati nurani kamu" begitu akhir pembicaraan kami.

Friday, April 22, 2005

Fiuhhh....ini sulit sekali. Mengambil keputusan untuk kondisi sekarang adalah suatu hal yang sulit untuk dilakukan sekarang. Kenapa? Karena sekarang saya tidak mengambil keputusan untuk saya sendiri, tapi saya mengambil keputusan untuk 2 orang lainnya, artinya saya harus mempertimbangkan tiga kepala dalam mengambil satu keputusan.

----
Hari rabu kemarin, saya mengikuti tes untuk sekolah, program magister yang sama sekali tidak berhubungan dengan pekerjaan yang saya lakukan sekarang walau sedikit banyak agak bersinggungan dengan kuliah yang telah saya selesaikan 5 tahun yang lalu. Saya ikut serta karena tertarik dengan judul program studinya yang bertajuk 'defence study'.

What kind of animal is that?

Alangkah menyenangkannya belajar sesuatu yang baru, tidak harus membayar karena berbentuk beasiswa dan sedikit embel-embel master di belakang nama, yang saya yakin tidak akan saya simpan di belakang kartu nama tetapi akan saya simpan dalam curriculum vitae saya. Walau bagaimanapun saya sangat ingin bersekolah lagi setelah 5 tahun bekerja.

----
"Dini baru baca dari buku, terus ado doa yang ancak. Tuk iyan jo Kak Millie : Ya Allah Yang Maha Pemberi Nikmat, nikmatkanlah kami dengan buah hati yang sehat jasmani dan ruhaninya, buah hati yang taat kepada-Mu, Rasul-Mu, juga kepada Ayah Ibunya. Karuniakanlah buah hati yang berjiwa besar dengan keikhlasan dan kekuatan sebagai manusia yang kan banyak memberikan manfaat kepada sesama.."

Pesan pendek ini masuk ke telepon genggamku, kamis malam hari, beberapa jam setelah kabar gembira saya terima yang menyatakan bahwa saya berhasil mendapatkan beasiswa itu. Beasiswa untuk sekolah yang jumlahnya saya tak tahu berapa pasti, tapi minimal berharga kira-kira 25 juta rupiah dan beasiswa untuk akomodasi yang berjumlah kurang lebih 25 juta rupiah (yang setara dengan kurang lebih 700 ribu rupiah sebulan). Suatu jumlah yang besar bagi saya sendiri, karena saya sadar bahwa dengan pendapatan saya sekarang, saya tidak mungkin untuk mengambil sekolah dengan menggunakan biaya sendiri.

----
Pesan pendek! Pendek saja, seperti kalimat seru yang memang pendek saja, bahwa selain saya mengharapkan anak yang sehat jasmani, sayapun masih mengharapkan dia lahir dengan ruhani yang sehat. Bagian belakangnya semakin mengingatkan saya...

Duh Allah, Yang Maha Mengetahui Yang Terbaik untuk hamba-Nya, apakah saya mungkin mewujudkan do'a adik saya ini yang juga adalah do'a saya, bila saya mengambil keputusan yang salah????

----
damn it!!!!

Thursday, April 21, 2005

Dua puluh satu orang telah memulainya sejak februari, 2 bulan lalu. Sebagian besar dari mereka adalah warga negara negeri ini yang memang bertugas untuk melindungi negara (ingat! bukan melindungi satu orang atau sekelompok orang tertentu).

Dua orang dari mereka adalah orang sipil yang bekerja di suatu departemen yang membantu kepala pemerintah dalam pertahanan. Satu orang dari lainnya adalah seorang anak muda ceria berumur 23 tahun, tahun depan, dialah yang direncanakan nantinya untuk mengajarkan ilmu yang akan diterimanya slama satu setengah tahun kepada angkatan-angkatan yang dibawahnya. Dan tentu saja delapan orang sisanya adalah warga negara yang berprofesi sebagai pelindung negara di semua lapangan yang ada (ingat! negara bukan satu atau sekelompok orang saja! -biarlah saya nyinyir tentang ini).

---
Saya bertemu dengan beberapa dari mereka kemarin, keceriaan hanya tampak pada calon pengajar, tentu saja karena dia masih muda. Yang lainnya terkesan lebih serius dan mengenggam tangan saya dengan genggaman yang terbiasa bekerja dengan alat-alat dari besi yang berat. Mereka duduk di depan komputer saat saya datang kesana, dan salah satu dari mereka langsung menggetikkan nama 'Stuart Jarvis" di kolom kosong mesin pencari google. "Wah, sedikitnya perkiraan di dalam otak saya yang kemarin tersimpan adalah sedikit ada benarnya" begitu pikir saya.

---
Ilmu pertahanan, program yang mengajarkan mahasiswanya tentang pertahanan. Terutama yang berkait dengan manajemen pertahanan dan strategi pertahanan (negara tentu saja!).

Sunday, April 17, 2005

Dr. Michael Fay, what a man! Terkagum-kagum melihatnya di tayangan TV kabel di Pejaten hari Jum'at kemarin. Bagaimana bisa seorang ilmuwan kurus kering dengan kamera yang bagus menantang hutan berbulan-bulan di hutan Afrika, ditambah kemampuan berbahasa bahasa lokal. Dashyat.

Friday, April 15, 2005

No wishes except a healthy child for me..

Ya, hanya itu harapanku pada hari bertambahnya umur tepat satu tahun hari ini. Bukan harapan yang berlebihan, karena semua calon orang tua mengharapkan hal yang sama pada kelahiran setiap anaknya yang lahir.

Ya, rasanya tidak sabar untuk mendengarkan tangisan pertamamu nak? Biar ayah akan suarakan adzan pertamamu melewati telinga mungilmu agar ingat nanti bahwa suara pertama yang kamu dengar adalah ayat-ayat suci ajakan untuk berbincang kepada yang memberimu hidup.

Ya, tak sabar menunggumu untuk kemudian menjadi besar nak. Biar kamu tahu bagaimana setiap orang harus berusaha dalam hidupnya, termasuk ayahmu. Ayahmu bekerja di sebuah stasiun televisi swasta...Jadi buruh suatu mesin industri yang menghasilkan berita. Pekerjaannya memanggul kamera kemana-mana, mencari berita untuk kemudian diberitakan pada orang-orang yang ingin menontonnya.

Nanti kamu bisa bercerita pada kawanmu "Eh itu gambarnya diambil oleh ayahku looo, dia pergi kesana bareng ama om niki, eh tapi yang ada tante dewo juga diambil oleh ayah". "Mana ayah kamu? nggak keliatan". "Iya, ayahku jarang terlihat di depan kamera karena dia yang mengambil gambarnya, jadi dia seringnya ada di belakang kamera. Aku pernah diajak dong, tapi belum boleh megang kameranya, cuma ngeliat dari kaca di belakangnya saja, belum pernah kan kamuuuuu??????"

Ya, biar kamu bisa melihat peluhku yang keluar karena bekerja anakku. Agar kamu tahu bahwa setiap manusia harus berpeluh untuk mendapatkan sesuatu, harus berusaha keras untuk memenuhi kebutuhannya. Seperti aku yang akan menguras semua peluhku untuk memenuhi kebutuhanmu nak.

Mungkin sekali-kali kamu akan bertanya "Kok ayah gak ikut ngerubungin om tinggi besar itu? padahal om-om lain teman ayah mengerubunginya" Mungkin aku hanya bisa menjawab "Biarlah nak, itu bukan uang yang ayah ingin dapatkan untuk memenuhi kebutuhanmu. Biarlah mereka saja yang mengerubunginya"

Ya, biar kamu kemudian juga tahu bahwa materi yang ayah kumpulkan untuk memenuhi kebutuhan kamu bukan berasal dari materi yang tidak semestinya ayah dapatkan. Karena ayahmu ingin kamu anakku dialiri darah merah segar serta bersih bukan hitam berkerak lumut menghitam.

Ya, tak sabar menunggumu muncul dari perut bundamu, yang karena sayangnya padamu harus mengorbankan keinginannya untuk menjadi selangsing kawan-kawannya dengan berolahraga dan berenang. Yang karena sayangnya kakinya jadi bengkak dan susah untuk bergerak...Tapi jangan sedih nak, karena ayahmu tahu kalau bundamu sangat sayangnya padamu hingga bahkan sejak ada di perutnya pun dia tetap saja membacakanmu cerita dari buku-buku binatang yang uangnya didapat dari menyisihkan kesenangannya untuk makan di luar. Sangat sayangnya bundamu hingga ayah sendiri melihat dia hampir tiap hari membaca alqur'an, agar kemudian sayup-sayup terdengar di telingamu bahwa itu adalah suara bunda sedang membaca ayat-ayat dari Zat Penyayang yang meniupkan rohmu ke dalam perutnya.

Ya, aku tak sabar menunggu munculnya tinju kecilmu keluar dari perut bundamu. Agar nanti aku bisa mengajarkan padamu bahwa tanganmu adalah alat untuk bisa terus menjalani kehidupan. Tangan mungilmu akan mengepal untuk membenarkan ayahmu apabila melakukan kesalahan dan kepalan mungilmu akan mengelus wajah bundamu saat dia terkena demam.

Ya, aku tak sabar menunggumu muncul di dekatku anakku, biar saat bepergian keluar kota karena tugas yang harus lakukan, ayah akan tahu bahwa dirumah akan ada yang menonton dan memberi komentar dan bertepuk tangan senang "itu ayah bun, itu ayah disana" walau kamu tidak melihatku di layar.

Thursday, April 14, 2005

Satu sampul terakhir kiriman buku itu telah saya terima hari ini, 2 hari sebelumnya saya juga menerima satu amplop berisi artikel dan monograf. Alangkah baiknya bapak itu, dia bela-belain ngirim setumpukan artikelnya dan juga fotokopi disertasinya.
----

Sekarang sedang membacanya, baru flash reading aja...karena gua berusaha mengenali bahasa-bahasa setempat yang gua dengar dulu dan mneyesuaikan dengan isitilah-istilah di disertasinya yang jelas-jelas bisa dipertanggungjawabkan secara ilmu pengetahuan....

Mungkin setelah membaca semuanya gua bisa lebih mengerti lagi tentang komunitas itu. Dan setelah waktunya tiba, here i come my old friend.....attach with a camera, a good shotgun and a nightshot camera :)
----

Berada di ruangan ini, saat ini, adalah hal yang selama tiga bulan ke depan akan saya lakukan setiap hari kerja. Tidak ada ketegangan seperti saat saya berada di luar ruangan. Keasyikan itu seperti sedang dipreteli satu persatu dari diri saya.

Tugas yang sedang dibebankan pada saya membaut saya merasa bahwa kesenangan saya sedang dipreteli satu persatu. Entah berhubungan atau tidak, rasa dipreteli itu membuat saya mencari kesenangan lain diluar pekerjaan saya. Salah satu hasilnya adalah 2 amplop besar berisi disertasi dan artikel tentang satu komunitas yang menarik perhatian saya. Dan juga hal-hal lain diluar pekerjaan yang dahulu sempat terpikir dalam kepala saya.

Mungkin tugas yang dibebankan pada saya ini juga menambah keinginan saya, yang sebelumnya juga sudah ingin, untuk mengambil langkah-langkah mencari kesempatan lain di tempat lain. Mungkin pekerjaannya sama, atau bahan lebih membosankan, tetapi menjanjikan pendapatan yang lebih.

Pekerjaan saya sekarang tidak menyediakan hal yang paling saya sukai, yaitu berada di luar ruangan dan berinteraksi dengan dunia luar. Tantangan saya satu-satunya saat ini, sesuai dengan tugas pekerjaan yang diberikan pada saya sekarang, adalah melawan kebosanan mengerjakan hal yang sama satu kali lagi. saya sudah pernah mengerjakan pekerjaan ini satu tahun lalu, tepat satu tahun lalu. Tidak ada yang baru. Sama sekali tak ada kecuali kebosanan itu sendiri.

Saya berusaha meyakinkan diri, dan sepertinya sedikit berhasil, bahwa pekerjaan yang sedang saya kerjakan memberi saya waktu lebih banyak untuk teman hidup saya, dia sedang berjuang untuk memberikan saya seorang keturunan. Tapi setelah lahir, apakah saya akan dengan tugas ini? Saya tidak tahu. Apakah materi yang saya dapatkan dari tempat bekerja saya sekarang mencukupi? Saya juga belum tahu. Satu hal yang pasti, saya bosan.

Beberapa waktu lalu saya sempat berbincang dengan seorang kawan di bandung melalui YM, dia sedang meriset satu kesenian yang sekarang hampir punah. Kesenian yang dahulu mengantarkan orang menuju pertautan kesatuan dua orang yang dulunya terpisah. Perbincangan itu membaca satu kesimpulan bahwa saya juga harus mulai mengerjakan sesuatu yang ingin saya lakukan. Dan itu adalah membawa kamera dengan mic-nya. Kembali berlarian di luar ruangan, merasakan bulir keringat menetes karena panasnya udara, menghasilkan gambar-gambar yang bisa menceritakan kejadian disana dan kemudian memaparkannya atau mempertontonkannya pada khalayak.

Saya rindu untuk berbincang dengan seorang asing yang dengan baik hatinya mau memberikan pelajaran hidup kepada saya, saya rindu untuk menunggu sang tersangka keluar dari ruang pemeriksaannya untuk mendapatkan gambarnya yang kadang hanya berdurasi 10 second saya, saya rindu berjalan keluar daerah asing yang menyediakan langir biru dan rumput hijau dan semilir sejuk angin. I miss it much...

Tuesday, April 12, 2005

Single Shot Cinema
"Yung udah dateng" teriakan Mbak Ria ngagetin gua "Nanggung juga ni orang datengnya, walau gak telat tapi kalau telat 10 menit aja gua masih bisa ngecek email baru dari kampus lama tercinta itu kan" begitu pikir saya.

Udah didalem ruangan akuarium sebelah kiri keliatannya. Bule nanggung, karena gak tinggi-tinggi amat. Gak juga pirang atau berhidung lebar, mancung dan panjang. Dia copot topi hitam Sony Pictures nya. Biasa...Kaos warna biru dockers tulisan hammer, hmmmm....bener biasa.

"Hi, buyung" saya mengangsurkan tangan untuk bersalaman dan dijawab "Hallo, Leonard" katanya. Ya, akhirnya bisa bertemu juga dengan orang satu ini. Orang yang dalam setahun ini jadi bahan pembicaraan di berbagai media terutama dunia documenter filmmaker. berbagai penghargaan dari International Documentary Film Festival Amsterdam hingga Sundance Film Festival dia dapatkan.

Dialah Leonard Retel Helmrich, seorang filmmaker yang memperkenalkan satu gaya pengambilan gambar yang dia sebut Single Shot Cinema. Suaut teknik pengambilan gambar yang menyamakan tekniknya dengan teknik pengambilan gambar di bawah air. Suatu teknik pengambilan gambar yang tidak mengenal atas bawah muka belakang, karena si kamera dalam mengambang seperti di bawah air. Karena tekniknya inilah dia memenangkan berbagai penghargaan di atas tetapi dengan tidak melupakan isi cerita.

"Saya tidak mau subyek saya berubah mood-nya gara-gara saya harus merubah letak dan posisi kamera saya atau mengarahkan mata saya ke viewfinder atau LCD" begitu katanya, "lagipula saya tidak mau berada jauh dari subyek saya karena dengan berada dekat maka secara psikologis subyek saya akan merasa dekat juga dengan saya"

Dengan teknik inilah dia bisa menangkap berbagai momen yang sangat jarang bisa didapatkan dalam 2 filmnya yang bercerita tentang kehidupan sebuah keluarga miskin beragama katolik di tengah suasana politik yang sedang berubah. Dengan teknik inilah dia menghasilkan gambar-gambar yang seperti tidak mungkin bisa didapatkan apabila si kamera dipegang dengan cara dipanggul atau dipegang biasa.

"Kenapa kamera ini harus memanjang ke depan/belakang dan bukannya melebar ke samping seperti kamera foto" protesnya, karena dengan kamera yang melebar ke samping maka teknik dia mengambil gambar akan menjadi lebih sempurna.

Friday, April 01, 2005

Hehehe, joke menyenangkan ini saya implant ke blog saya ya mas :P

---------

Date: Thu, 31 Mar 2005 07:12:32 -0800 (PST)
Subject: [news] Hasil Analisis Psikologi - Crew Divisi News Trans TV !!! HASIL ANALISIS


PSIKOLOGI TERHADAP PARA REPORTER, CAMPERS, DAN PRODUCERDI DIVISI NEWS TRANS TV

Manusia berkarya, mencipta dan memberi bentuk pada tempat ia bekerja. Itulah yang terjadi pada reporter, campers dan producer di News Trans TV. Mereka memberi warna pada program-program News di mana mereka ditempatkan. Namun, yang sebaliknya juga terjadi.Terlalu lama di program-program tertentu, menyebabkan gaya berkomunikasi dan pola pikir mereka “bergeser.”

Nah, dalam suatu tes psikologi, para reporter, campers, dan producer ini ditanyai tentang sesuatu. Terlihat, cara mereka menjawab dan berkomentar ternyata diwarnai oleh program khas yang mereka asuh. Nah, coba bandingkan, bagaimana cara mereka menjawab, ketika ditanyai tentang alamat/ lokasi tertentu dikota Jakarta:

Crew LACAK:
“Anda tahu kantor Polsek Jatinegara? Dari sana, majuterus sampai ke dekat Rumah Tahanan, belok kiri sejauh 25 meter. Di situ ada rumah bekas TKP kasus pembunuhan sadis Dul Tonggos. Rumah yang Anda cari persis didepannya!”

Crew PERJALANAN ISLAM / JELAJAH RAMADHAN:
“Dari kantor cabang PKS, maju terus sampai ketemu Gedung Redaksi Hidayatullah. Persis di depannya ada Masjid kecil. Ya di situ tempatnya, di sebelah masjid!”

Crew FENOMENA:
“Oh, pertama patokannya adalah diskotik Tanamur. Belok kiri sampai ada panti pijat bernama Mama Siip. Sedikit sebelah kanannya ada toko buku khusus penjual buku Kamasutra, dan apotik tempat menjual Viagra. Alamat yang Anda cari persis di tengah antara dua tempat itu!”

Crew REPORTASE SORE:
“Untuk mencapai ke sana, Anda harus tahu dulu Pusat Penanggulangan Tsunami, dekat kantor Wapres. Maju 200 meter sampai ada Media Center Krisis Nias. Ya, persis di sebelahnya!

Crew REPORTASE PAGI:
“Sudah pernah ke kantor Perwakilan APTN di Jakarta? Kantor yang Anda cari, persis di belakangnya.”

Crew JELANG SIANG:
“Oh, nggak usah repot. Di daerah kota ada tempat pengobatan alternatif metode totok jalan darah Sinshe Aliang. Semua orang tahu, karena berdekatan dengan pusat tempat menjual jamu tradisional, untuk para ibu yang mau tetap langsing. Alamat yang Anda tuju cuma terpisah 50 meter dari sana!”

Crew JELAJAH:
“Untuk ke sana gampang kok. Pertama, Anda ke pusat penjualan ransel dan traveling bag Jayagiri di Menteng. Maju terus sampai ketemu Pusat Budaya Daerah Sasak. Selisih dua rumah di sebelahnya!”

Crew SISI LAIN (sebagian besar adalah mantan crewSPORTIVO):
“Mulailah dari Gedung KONI. Jalan terus sampai kebekas wisma atlet. Belok kiri, akan ketemu toko pembuat peti mati dan lokasi kuburan kuno unik, bermotif Cina. Alamat yang Anda cari, persis diapit toko peti mati dan kuburan itu!”

(Mohon maaf, karena keterbatasan tempat, tak semua program tercakup di sini). Selain untuk reporter dan campers, level PRODUCER juga punya uneg-uneg tersendiri. Inilah sebagian diantaranya:

Producer KEJAMNYA DUNIA:
“Dunia memang kejam, tapi Trans TV lebih kejam…”

Producer PERJALANAN ISLAM / JELAJAH RAMADHAN:
“Nggak apalah digaji kecil. Yang penting episode yang kubikin ini dianggap ibadah…”

Producer MENANTI AJAL:
“Seharusnya hukuman mati tidak dilarang…”

Producer HITAM-PUTIH:
“Entah, pada bulan apa karyaku ini akan ditayangkan…?”

Producer KUPTUN:
“Huuhhh… kenapa ya, penonton kita tidak siap dengan tayangan yang serius???””

Producer REPORTASE SORE:
“Semua cara sudah saya coba. Saya tak tahu lagi, program ini mau diapain…”

Producer FENOMENA:
“Aku tahu, ini dosa. Tapi ini tugas…”

Producer LACAK:
“Re-run? Siapa takut?”

Producer BUKAMATA:
“Pemelihara dan penjinak ular, macan, singa, kucing, trenggiling, …semua sudah diprofilkan. Binatang apalagi ya?”

Producer SPORTIVO:
“Olahraga itu penting? Apa iya?” (maaf, program Anda dihapus!)

Producer JELANG SIANG:
“So what????” (kehabisan ide, semua isu sudah digarap habis-habisan)

Head of News Division:
“Aduh! Kok bisa sih rating kita minggu kemarin dibawah rata-rata station!?”

Executive Producer:“Saya jangan diajak ke rapat Selasa!”

===============================================
Maaf, teman-teman! Semua ini bercanda saja….. Jangan dianggap terlalu serius….

Rio
At home with SISI LAIN