Sunday, November 30, 2003



"ARIIIII, kamu harusnya telepon aku..kamu harusnya telepon aku sebelum PERGIIII...." teriak kakak awo di ruangan kargo garuda hari kamis (27 november 2003) kemarin.

sang suami dan seorang perempuan berkerudung yang menemani sang kakak memapahnya saat dia berteriak histeris...bluk, kakak tak tahan menahan rasa histerisnya..pingsan...saya ambil gambarnya sambil berteriak, "air..air..kasih ibu ini air". Maafkan tidak menolong mengambilkan air...tugas mengharuskan saya bersikap seperti itu saat itu.

peti mati itu bergerak, diangkat dari kereta dorong pengangkut peti. pengangkut yang sama yang dipergunakan untuk mengangkut semua barang-barang tak bernyawa lainnya. alangkah ironisnya...perak cahaya diujung lorong ruang kargo itu terang...metafora Tuhan-kah??? teriakan sang kakak terus memenuhi lorong kelam berujung cahaya ini...dan saya terus mendinginkan wajah, tak berekspresi mengambil gambar yang saya perlukan untuk berita segmen pertama sore itu. Terus roll kamera....hingga peti masuk ke dalam mobil jenazah warna hijau milik tentara negara ini, entah dari kesatuan apa...roll...roll...hingga peti masuk kedalam mobil..diujung viewfinder sang kakak masih terus berteriak..."Yesus maha pengasih, Tuhan Yesus maha pengasih...berkati kami.." ibu berkerudung hitam itu masih tetap memeganginya agar tidak jatuh kembali seperti tadi. sang suami???...apalah yang bisa dilakukan sang suami saat istri melepaskan histerisnya saat sang adik yang besar bersama sejak kecil meninggalkan terlebih dahulu...

ingatan saya kembali saat ikut serta dalam pelatihan embedded journalist di sanggabuana. Canon XL1 selalu ditentengnya. Badan yang tinggi menjulang, menurut saya agak tidak seimbang dengan tubuh awo yang kurus...kamera berbentuk aneh itu makin terlihat aneh disampirkan dipundaknya. Karena rasanya jadi terlalu kecil....


UPDATE : 2 Dec 2003
apalagi yang teringat oleh saya tentang awo...oh saat dia tanya tentang mas dayat, "dayat apakabar sekarang?"...dan tiba-tiba guapun bertanya hal yang sama "Mas dayat apakabarnya sekarang?" kok jarnag ngeliat yaa.....

Thursday, November 20, 2003



kawan.
perempuan itu bercerita pada saya tentang DIA. dia seorang kawan perempuan yang telah lama tidak saya ajak bercerita tentang dirinya. seorang kawan yang saya anggap dekat, karena ada karakter yang kuat pada dirinya yang membuat saya menghormatinya seorang seorang kawan. satu pendirian teguh yang -apabila saya dihadapkan pada kondisinya- maka saya sejak awal tidak akan berani menghadapinya. seorang kawan yang tidak berhitung pada apa yang akan dilakukannya dulu. seorang kawan yang hanya mengikuti kata hatinya...

terlalu mengikuti kata hatinya.
itu saja salahnya...

kawan.
perempuan itu bercerita pada saya tentang DIA, yang juga adalah kawan saya. DIA adalah kawan saya.

Maaf bila saya mendefinisikan seorang kawan bagi saya.
adalah seorang yang tahu siapa saya,
dan tak terlalu pusing dengan perbuatan yang dilakukan temannya.
adalah seorang yang tak berusaha meng-intervensi kebiasaan saya.
adalah seorang yang sadar, bahwa dia hanya berhak untuk mengingatkan saja.
adalah seorang yang tidak berbalik menjadi seorang pembenci karena kelakuan temannya yang buruk.

perkawanan para bajingan.
mungkin itulah singkatnya kawan bagi saya.

seorang seniorku mengatakan, seorang penjahat menganggap seorang teman seperti seorang saudara. salah atau benar yang diilakukannya, dia adalah teman saya. apa hendak saya katakan kawan????

jadi???
saya hanya bisa mengatakan bahwa kalian berdua adalah kawan-kawan saya, seperti apapun kejadiannya menimpa kalian berdua, kalian adalah kawan saya. dan saya sedih karena kalian adalah kawan-kawan saya.

alangkah nyinyirnya saya....

Tuesday, November 18, 2003



"gua masuk kedunia ini karenagua pengen liat realita lebih dekat, ternyata setelah gua dekati..realita itu tidak seperti yang gua bayangkan..." (eminem,jurnalis baru)

dulu eminem seorang mahasiswi idealis yang memiliki banyak aktivitas di kampusnya. Berbagai organisasi ekstra kurikuler dia masuki, mulai dari kelompk studi kampus yang serius, yang membahas segala macam filsafat dari kiri ke kanan, ke organisasi kesenian kampus yang isinya anak-anak ceria gemar menyanyi dan menari hingga bermain pura-pura beneran jadi kru media dalem kampus..

sebutlah namanya eminem, sekali lagi :) dia baru berumur 26 tahun..telah 3 bulan dia bekerja sebagai jurnalis di salah satu tv swasta, dari 11 tv swasta yang ada, terkemuka di negerinya.

Tiba-tiba...

Seorang seniornya mengajak tidur perempuan simpanannya di kamar sebuah hotel, yang letaknya tepat bersebelahan dinding dengan kamarnya, saat dia ditugaskan meliput di luar kota oleh kantornya. "gua disuruh ngejemput tuh cewek yung..." begitu kata dia lewat telepon yang aku terima tadi malam.

Tiba-tiba...

Dia masuk ke satu lingkungan penuh pesta, dansa dansi dan keriuhan dunia lain yang hingar bingar. Dunia yang dijalani oleh sebagian besar seniornya, jurnalis. "Bahkan bos gua-pun kata mas blah blah olahraganya dugem..."

Tercengang dia dengan kelakuan 'norak' senior-seniornya saat melihat mereka menggoda sesama jurnalis baru, kawan seangkatannya, yang kebetulan sexi dan manja. "padahal mereka kan telah terbiasa melihat perempuan-perempuan cantik", kemudian dia menyebutkan nama beberapa presenter di tempat kerjanya yang memang cantik-cantik..

mmmmm...reality bites huh!!!


Monday, November 17, 2003



Padahal sudah tinggal 8 hari lagi menjelang hari raya. Kenapa terasa hambar-hambar saja bulan berkah ini bagiku. Mungkin karena kurang hayati makna artinya menahan diri.

Saturday, November 15, 2003

Hari inilah lensa yagn sudah dicuci itu harus diambil. Akhirnya lengkaplah lensa yang kugunakan. yashica 28mm/2.8; zeiss planar 50mm/1.4; zeiss sonar 135mm/2.8...bodynya cukup yashica fx3-2000...tua tapi harus benar-benar dirawat karena disanalah film-film tanpa gambar itu akan disimpan.

di kamar ini
waktu seperti berhenti
tak berlaku pagi, siang dan malam disini

aku disini
seperti tak berarti
karena hariku tanpa pagi lagi

Huh, beberapa hari setelah pengumuman perputaran kru untuk masing-masing program ini membuatku malas untuk berlari. hanya duduk meringkuk bahkan diam tertunduk. rasa kecewaku karena programku tak jadi pasti. "Gua mau bandel minggu ini kang" begitu kataku pada atasanku..Dia hanya tertawa masam, mungkin mengerti tapi mungkin juga mencibiri...

Sikap. itulah yang ingin saya tunjukkan disini. Kekecewaan mungkin saya tutupi, tapi hanya dengan selubung kain yang tembus pandang seperti plastik untuk transplantasi. Tetap terlihat. Karena tak perlu cahaya buatan elektrisiti.

Minggu satunya lagi, saya hendak mulai lagi untuk berdikari. Menyulam diri menjadi lengkap lagi.

Friday, November 14, 2003

Istilahna dina basa sunda mah “dipeuyeum” :
Penugasan Weekends Assignment Editor bulan Maret-April '03

“Yung …bangun!! Udah jam tujuh…lu kan masuk hari ini?!”…
“Duhhh….hari sabtu lo ini, jadwal gua libur seharusnya…tapi gua kena tugas ini sekarang!”

Lalu, mulailah suara-suara “setan” bermunculan di kepala.

“Wuaduh, kenapa gua ditugasi tugas ini ya?”
“Ini kan bukan tugas yang sesuai dengan kapasitas gua.”
“Baru juga satu setengah tahun di lapangan masa udah dikasih tugas berdiam diri di kantor”
“..itu mah harusnya tiga atau empat tahun ke depan”.

Singkat kata tugas penugasan kali ini merupakan penugasan paling menyebalkan yang pernah gua terima! As a weekend assignment editor atau bahasa populernya adalah kordinator liputan akhir pekan…sucks!!!!

Inilah pekerjaan yang sebangun dengan KASAD/KASAU/KASAL dalam struktur militer negeri kita, sebanding dengan Colin Powell saat memimpin pasukan Amerika menyerang Iraq tahun 1991, sebanding dengan Joe Dalton di gerombolan Dalton, sebanding dengan Kasatserse yang membawahin serse-serse untuk menggerebeg tersangka kejahatan...pokoknya seseorang yang menentukan anggotanya harus mengerjakan apa dan berangkat kemana…it was the least kind of assignment that i ever wanted in this newsroom.

“Kursi panas” begitulah hampir semua senior-seniorku di lantai ini me-metaforakan tugas ini. Mungkin karena tanggungjawabnya besar. Kesalahan terbesarnya adalah jebol berita besar.
Sekejap, saya kembali ke dunia nyata. Tersadarkan oleh bunyi bip berkali-kali dari handphone 3210-ku di depan kedua komputer kekuasaan para koordinator liputan.

10:53 08/03/2003
tempo didemo preman2 tomi winata skrg. tertarik meliput?
+62811132XXX

12:50 08/03/2003
Kantor Majalah Tempo didatangi orang-orang Tommy Winata dan Pemred serta dua redaktur "diangkut". Siarkan kabar ini dan kita lawan habis kekerasan ini!
+62818491XXX

18:39 08/03/2003
ANO: KASET BERITA TERKIRIM VIA MERPATI MZ 781 JAM 15. WITA. SMU 62160065683516
+62811132XXX

19:12 08/03/2003
Acara gub minggu 9 Maret jam 07.00 Menyusuri ciliwung. peringatan hari polisi pamong praja di samping gedung nidya karya jl. MT.haryono,cawang.
+62811132XXX

10:49 09/03/2003
tlg proyeksikan utk bsk lip soal perang tarif angkutan udara. wwc maskapai yg banting harga & merpati. personalisasi penumpang. thx
+628161852XXX

16:58 09/03/2003
Blum tau.Br bs dicek pagi hari.Kalo Mega gak ada acara lain,biasanya sih sidang kabinet.
+62811909XXX

18:55 09/03/2003
Mhn konfirm bkenaan dg undg Stl u/ acr 'New Tagline Launch' di Musicafe-MTA, tgl 10/3 (senin), pkl 13.30, TQ (dhani/Stl)
+62818478XXX

19:10 09/03/2003
DANANG: Kirim kaset via Kargo merpati jam 18.30 smu 5074656 u sportivo
+62811132XXX

20:42 09/03/2003
Gus, bsk ada konpers di YLBHI jam 10.30 ttg aktivis BEM yg dipanggil polisi krn dianggap hina RI 1 & 2.
+628161927XXX

17:26 10/03/2003
Kita gak dpt Habibie ktemu Mega diTeukuUmar dan Mega nyanyi diIstanaNegara ya?
+62811909XXX

“Gus…lu dimana pren???” Jangan tinggalkan aku sendiri dengan tugas ini…

Buyung
Ps: Agus adalah kawan seangkatan yang mendapatkan penugasan yang sama dengan saya saat itu, sebagai koordinator liputan (AE) akhir pekan.

Thursday, November 13, 2003

Tulisan ini merupakan kenangan seorang kawan bagi kawannya yang baru meninggal. Saya sendiri sama sekali tidak mengaenal kedua orang ini secara personal, tetapi cara menulis kenangan seperti ini membaut saya bisa membayangkan sebdekat apa hubungan antara kedua orang ini. Dan seperti apa kesan sang penulis terhadap kawannya yang meninggal.

Berharap suatu hari nanti saya bisa menulis sebagus ini.

-------------------------------------------------------------------------
Dengan hormat,

Sepanjang Sabtu kemarin saya risau ketika mengerjakan tata letak Pantau
edisi Desember. Sejak pagi hari, ada telepon masuk dari Mbak Rani, salah
satu orang penting di radio Mara; Mbak Titin, salah satu dosen
Universitas Padjajaran, Mohammad Sunjaya dari Actors Unlimited, dan
beberapa rekan lain di Bandung.

Pesannya, macam-macam, mulai dari laporan perkembangan keadaan kritis
Mbak Ea --panggilan akrab Layla Mirza-- hingga sekitar pukul 12:00 Titin
bilang sekarang juga saya harus terbang ke Bandung. Saya harus lihat
Mbak Ea. Mungkin waktunya tidak lama.

Sedih sekali. Minta tolong seorang rekan mencarikan tiket pesawat
terbang ke Bandung tapi tak dapat.

Sekitar pukul 17:00 telepon masuk lagi --kali ini mungkin lebih dari 20
kali. Mbak Ea sudah tiada. Ada Mohamad Iqbal, Budi Setiyono, Yusuf,
Bakti Tejamulya dan istrinya, di kantor dan saya merasa tertekan sekali.

Saya pergi ke sebuah ruang yang sepi, tak ada orang, di kantor LeBoYe
Kemang yang lengang itu, dan berpikir, soal hubungan akrab kami. Saya
tiba-tiba menangis sedih mengenang almarhumah.

She is such a sweet person! Why should she die? She is needed by so many
people.

Rasanya ada ketidakadilan di sini. Ea masih muda. Anaknya dua masih
kecil-kecil. Mirza, suaminya, juga sangat mencintai Ea. Mirza orang
praktis yang selalu membantu Ea.

Cerita penyakitnya, mula-mula rahim Ea diangkat pada 1999 karena terkena
kanker. Ea sempat mengirim email pada saya, ketika itu tinggal di
Cambridge, Boston, dan mengeluh karena ia merasa sudah bukan perempuan
lagi --karena tak bisa hamil lagi. Aduh, duh, saya bilang tak benar.
Kami curhat-curhatan lewat email karena perasaan kehilangan begitu dalam
pada Ea.

Dia cerita bagaimana biaya operasi begitu mahal tapi ada teman-teman
membantu.

Ketika pulang ke Indonesia, saya baru tahu bahwa Ea mengalami begitu
banyak kesulitan karena perawatan pasca-operasi, antara lain,
chemotherapy. Rambuknya rontok, kesehatannya menurun, harus menelan
banyak obat, tapi Ea masih orang yang menggembirakan. Senyumnya lebar.
Selalu cium pipi. Selalu merangkul.

Dia mengundang saya beberapa kali memberi ceramah di Universitas
Padjajaran. Kami sering main bersama, makan di Bandung, main bowling.
Rekan-rekan kerjanya ikut bersinar dan ceria karena keberadaan Ea. Baik
di radio Mara maupun di Universitas Padjajaran.

Dia cerita merasa dekat dengan Gusti Allah karena pengalaman kanker. Dia
cerita bagaimana Mirza begitu memperhatikannya. Dia juga menjadi lebih
saleh dan memakai jilbab --dengan model yang terkadang aneh.

Sebaliknya, sejak 1999 saya juga banyak terlibat membantu Ea dengan
radio Mara. Kami mencari dana bersama-sama untuk melakukan perbaikan
gedung, membeli alat, dan melatih para wartawannya. Jadinya, sering
bolak-balik Bandung-Jakarta.

Belakangan kami sering bicara soal perbaikan kurikulum pendidikan
wartawan di Padjadjaran. Dia minta saya ikut mengajar bahkan sempat
terpikir ide bikin kuliah rutin.

Ea juga banyak tahu berbagai macam kesulitan pribadi yang saya alami.
Dia pula yang duduk berjam-jam di suatu kamar di Hotel Horizon, Bandung,
awal tahun ini ketika saya kecewa dengan penutupan Pantau. Dia mendukung
upaya penerbitan Pantau lagi.

Ea juga menyediakan telinga ketika saya butuh teman bicara. Mulai dari
soal anak hingga pekerjaan. Orang yang manis sekali. Orang yang mau
mendengarkan. Saya jarang punya teman dengan kualitas keramahan dan
ketulusan sekelas Ea.

Pertengahan tahun ini ketahuan kalau kanker itu ternyata masih ada. Ea
masuk rumah sakit lagi. Dia sempat minta doa ketika akan operasi. Kanker
menjalar ke ususnya. Ternyata keadaan makin buruk. Ususnya harus
dipotong 50 centimeter.

Sempat kirim-kiriman SMS ketika saya tahu ia harus operasi lagi. Saya
bilang, "Cantik, kau harus hadir kalau saya nanti ...."

Ea menelepon balik dan gemas bilang kenapa disapa "cantik" maka kami pun
mengobrol lagi. Saya ingat saya sedang mengalami macet di Jalan Radio
Dalam. Hingga sampai Pondok Indah, kami masih mengobrol soal
macam-macam. Saya juga mendorongnya untuk menerima pencalonan dari
Institut Studi Arus Informasi agar bersedia jadi anggota Komisi
Penyiaran Indonesia.

Dia bilang mungkin waktunya tak lama. Saya sedih sekali. Tapi dia tetap
optimis.

Kamis lalu, ibunya memberitahu saya bahwa Ea dioperasi sekali lagi,
selama 7.5 jam. Dia tak pernah siuman hingga meninggal kemarin.

Di pojok LeBoYe itu saya menangis. Ada rasa kehilangan. Ada rasa
menyesal tak ada di sampingnya ketika Ea pergi.

Selamat jalan sahabat!

Hilang satu tumbuh seribu!

Kau pergi meninggalkan nama harum, kenangan manis, dan ribuan sahabat.
Beristirahatlah dengan tenang. Everything would be okay.


Andreas Harsono
Jalan Sultan Iskandar Muda 222
Jakarta 12240
Tel. +62 21 7228981 ext. 125
Fax. +62 21 7260516
Mobile +62 816 1609929
Email aharsono@cbn.net.id


Tuesday, November 11, 2003

cek

Monday, November 10, 2003


Hari pembagian telah tiba.Tugas saya sejak tanggal 17 November adalah sebagai Asisten Produser HITAM PUTIH yang tayang setiap bulan sekaligus kru di REPORTASE hingga Januari 2004..hehe, pembagian yang menyenangkan. Petang kita harus kuat, harus ambisius dan lebih terencana. Produser Reportase petang adalah Bang Teguh ama Mas Rizal Firmansyah plus Deyna sbg Asprod. AE dipegang ama Mas Kiki,Mas Coy,ama Bang Monang..plus Pepe dan Mentil. Hehe,waktunya hidup teratur kawan. Ayo semangats! Ayo Mas Satrio kita garap bersama-sama...Mas Rio jadi reporter saya..:)

Hmmm,
Ibu saya selalu berkata "Apa enaknya bekerja di tempat kamu bekerja sekarang nak?. Gajimu tak seberapa. Energi yang kamu keluarkan besar. Apalagi terkadang fisik kamu bisa terluka saat kamu harus bertugas di luar daerah." Saya jawab, "hehehe, iya Ma...tapi asyik bisa kenal sama banyak orang,berbincang dengan orang yang berbeda".

Merasakan sakitnya orang-orang, mendramatisir suatu peristiwa, mengeditnya, menyiarkannya..terus merokok diluar..tertawa-tawa dan ngobrol serta berkeluh kesah tentang kantor ini...Mmm,suatu pekerjaan yang menyenangkan sekali.


Yang kurang barangkali masalah penggajian.

Karena bekerja di satu industri yang terus menerus dikejar seperti setan untuk mencari,mengumpulkan dan mengejar remah informasi, kemudian menggabungkan remah itu jadi satu bongkah roti yang baru --yang selain enak dimakan juga harus mengundang selera saat melihatnya -- terasa menyenangkan!!!

Friday, November 07, 2003

beberapa hari tak menulis disini. tenang kawan.banyak sekali cerita yang hendak kutulis disini,hanya saja semangat menulis saya sedang dalam posisi terendah.have a nice weekend kawan.

Monday, November 03, 2003


aufklarung
awan-awan gelap yang menutupi jatuhnya cerah sinar bulan walaupun hanya sabit akhirnya terkikis malam ini..pembicaraan di akuarium kaca besar ini cerahkanku.Lima episode hitam putih menunggu tidak sabar untuk segera disentuh dan dibelai.Ayo kawan..semangat!!!



hak pekerja bukan aja gaji.tapi kejelasan!!
masakah harus melakukan fiet a compli untuk dapat satu keputusan yang baik.

Sunday, November 02, 2003

sleep all day long day..seperti layaknya seorang pemalas sehari-hari bekerja.
mmm...sampai pengiriman vhs untuk murad aidit dan pramoedya pun jadi tidak jadi dilakukan. maaf ochan dan cahyo, bukan maksud hati membatalkan tapi apa daya keinginan untuk tidur sangatlah kuatnya..hehe

"mau buka disini atau di tempat omku itu? keburu gak kesana? aku males juga sih pake taraweh segala masalahnya. ayo dong kata kamu kita pergi kesana atau nggak?" akhirnya diputuskan kalau kita berbuka ke tempat omnya iya. "kamu kan udah janji mau kesana, lagian aku juga udah janji ama kamu mau buka puasa bareng di tempat om-mu itu."

kebayoran lama ternyata gak semacet yang disangka, yang macet justru dari kebayoran lama ampe cipulirnya..wuaduh...untung iya beli 2 buah frestea dingin ama 1 roti 3m rasa coklat, berbukalah kita dengan itu..dan sebatang djisamsoe yang disulut diiringi omelan.."kenapa gak entar aja pas udah keluar metromini sih?!" "ah,bawel!!!"

perumahan taman asri, berenti tepat setelah lewat tomal tol supermarket. orang biasanya nyebut itu gang chaplin. semilir angin lumayan sejuk terasa dimuka saat kita berdua naik beca kedalam. bayarnya 3 ribu saja kok..

Kalau ke tempat mak un dan tek mi saya juga harus berenti di tempat yang sama, tapi pas di pertigaan kendaraan yang saya tumpangi harus belok ke kanan...kapan ya ke sana?

berbukalah kita, dengan pisang 2 buah dan 2 gelas ari vit jernih..ditambah omelan tak jelas yang membuat naiknya darah ke kepala karena dilakukan didepan orang banyak dan mungkin dirasakan oleh anggota keluarga yang lain..harga diri harus tinggi dijunjung di atas kepala..maka saya ingatkan dia tentang harga diri. saya peringatkan dia tentang harga diri yang saya junjung tinggi di atas kepala...menetes bening air mata itu, sesaat setelah sentuh sayang itu saya lakukan..."ini karena saya sayang makanya kamu saya beritahu ya' "