20.56 wib, sekilas saya lihat casio edifice hadiah di lengan kiri saya. kamis,18 desember 2003 malam ini.
"den...den..." saya langsung saja nyeplos omongan memanggil sang kawan, seorang stringer reuters di aceh, begitu saya memegang gagang telpon yang diberikan oleh bell boy hotel menara peninsula di kawasan slipi malam tadi.
"siapa ini?!".
Loh kok nanya, pikir saya dalam hati. Bukannya kemarin dia ngasih tau tempat dia menginap di kamar 1215 ini?
"ini buyung den, buyung!!".
"ini siapa?? mau bicara dengan siapa??"
"Wuaduh, jangan-jangan salah ngasih nomor kamar nih anak", begitu tiba-tiba terpikir oleh saya.
"Bisa bicara dengan dendi?" sekali lagi saya coba meyakinkan diri bahwa dendi tidak salah memberikan nomor kamar.
"ini siapa?" suara di ujung sana mulai bertanya. saya merasa nadanya seperti sedikit curiga...
"ini buyung...saya kerja di trans tv".
"ohh....ini afdal, saya kakaknya dendi". Setelah pembicaraan tak jelas beberapa saat, singkat kata naiklah saya ke lantai m1 (lantai tepat di atas lobi hotel). disanalah saya menunggu si dendi...sambil nikmati beberapa lukisan yang sedang dipajang disana...harganya mulai 2 juta ampe 10 juta..."mmm, sepertinya tidak semahal itu seharusnya menurut saya.
****
"tangan ni anak kok dingin ya, sedikit berkeringat juga rupanya"
badannya agak sedikit membesar dibanding terakhir saya bertemu dengannya kira-kira 2 bulan yang lalu saat dia dipanggil ke tv7. "atas undangan saor hutabarat sendiri yung gua kesini" begitu katanya padaku. Scarf yang berbeda masih melingkar di lehernya, gaya standar para jurnalis yang ada di medan yang berbahaya. Scarf adalah ciri, penanda bahkan style yang dianggap 'cool' untuk para jurnalis di daerah konflik. semua jurnalis yang saya kenal pasti memiliki scarf seperti kawanku ini.
****
tak lepas ingatan saya, saat saya menjemput anak ini di antara lhokseumawe dan bireun. mufti duduk di depan, saya di jok belakang. kuda warna biru tua ini melaju mulus disupiri oleh pak nazar. ya, pak nazar....semoga istri dan anak bapak satu-satunya selalu dikasihi-Nya, seperti saya yakin Dia mengasihi bapak.
18.15.49 wib 13/12/2003
buy... pak nazar meninggal. dari tgl 7 hilang, hari ini jenazahnya ditemukan di lhok. g sedih banget deh.
sms delvi mengagetkan...berita mengagetkan. saat itu saya baru naik angkot sadangserang-caringin...hujan rintik di bandung sore itu.
saya
blank sejenak tak dapat berpikir apa-apa. pak nazar driver kita di aceh? pak nazar yang masih mau ngejemput kita ke medan dari banda aceh saat kita berenam, rombongan jelajah ramadhan, gara-gara kita terlambat
boarding pesawat yang langsung
landing di bandara blang bintang banda aceh? pak nazar yang sempat menabrakkan spatbor belakng mobil di makam nahrisiyah di wilayah pasai gara-gara saya dimintai uang oleh anak-anak aceh yang mengaku anggota tentara nagroe aceh (TNA)? yang selalu tenang membawa mobil? yang dengan diamnya membuat kita tenang dan dapat beristirahat di wilayah yang tidak pernah jelas kapan bahaya kan datang. yang hanya memiliki anak perempuan semata wayang yang cantik dari seorang istri yang berprofesi sebagai guru sd?
yang kalau tertawa matanya agak sedikit menyipit? yang wajahnya kemerahan saat kepanasan sehingga jadi lucu.. yang selalu membelikan kami oleh-oleh dendeng aceh saat kita hendak pulang ke jakarta setelah selesai bertugas di nangroe.
pak nazar itukah???
gua bales sms delvi..
isinya entah apa? saya lupa. saya hanya ingat seorang bapak yang baik, yang mencari nafkah bagi anak istrinya walaupun dia sadar pekerjaannya sangatlah berbahaya.
****
tambahan :
10-2 hilang : langsa, aceh selatan
10-2 ditemukan : krueng mane, aceh utara
tamu dari medan
10-2 makam : blang bintang, aceh besar
****
ting..dentingan lift menunjukkan kalau kami telah sampai ke lantai 12. "nah sekarang kita ke kamar 1215 yung" kata dendi.
pintu dibukakan oleh seorang bapak setengah muda. dialah ynag tadi mengangkat telpon dariku tadi. "saya yang tadi menelpon bang" kataku saat mengenalkan diri bahwa sayalah orang yang bernama buyung tadi. "aku sangka tadi saudaraku yang nelpon yung" kata dia menimpali. "aku punya saudara bernama buyung, itungannya dalam keluarga adalah cucu" kata dia lagi....
afdal yasin, itulah nama bapak separuh baya ini. "dia orang pkb yung, asalnya dari aceh selatan" kata dendi. gua kerja sama ama dia buat nyari ulama buat proyek dokumenter pemilu yang dibiayai PTV dan In-Docs. dialah yang nyewa kamar ini sebenarnya dan dia adalah anggota dprd tk 1 daerah istimewa aceh.
****
"raihan lagi sakit yung..perutnya kambuh.." begitu dia mulai pembicaraan. gua baru aja nganter dia dari rumah orang pinter".
dendi masih jalan dengan raihan hingga sekarang. lama juga, dan sepertinya mereka mulai berpikir untuk meningkatkan status jalan mereka ke tahapan yang lebih mulia. amin den...amin :)
raihan seorang reporter detikcom yang ditugaskan di aceh sejak pengepungan gam oleh tni di kawasan cot trieng. menurut pengakuannya, dia orang yang penaik darah..mudah marah tapi baik hati. mungkin karena marga lubis yang mengalir di darahnya membuat dia sedikit temperamen..
"hehehe, bener gak rei?"
tok tok..pintu hotel diketuk dari luar. kapucong
sweatshirt warna putih menutupi kepala pemilik wajah hitam manis ini, lalu berturut-turut muncul juga kepala-kepala dengan rambut potongan pendek 1 cm.."Hai..maaf lahir batin rei!" ucapku..."kenalin yung, ini kakak dan adikku", raihan mengenalkan dua orang laki-laki yang ikut bersama dia. muka mereka mirip, hanya saja rei agak hitam sementara dua saudara laki-lakinya lebih sawo matang muda warnanya...
ternyata bukan muka saja yang mirip, saat rei membuka kapucongnya ternyata dia memotong rambutnya dengan model 2 cm-an juga..."hmmm, cewe maco...cewe macho...'
baru ngobrol beberapa patah kata, muncul perempuan agak gemuk berkerudung putih, berkaos oblong putih lengan pendek. seperti orang cina apalagi ditambah matanya yang kecil..."nah ini rini yung...cik rini nama bekennya!" reihan mengenalkan kawan yang baru masuk ini.
"ternyata inilah cik rini itu?" aku tercenung.
dalam bayanganku, cik rini adalah seorang perempuan aceh utara berkerudung berkulit agak gelap dan bermuka tegas. mungkin mirip dengan
mbak enni, chief photographer reuters di jakarta. bayanganku sedikit terpengaruh oleh tulisannya tentang tragedi simpang kka di majalah pantau sepertinya. tak sangka orang yang menulis reportase itu adalah seorang perempuan berkulit putih, berusia sepantaran denganku dan berbicara dengan irama yang lebih mirip anak kecil...dan ternyata dia bukan asli aceh pula, tetapi
ayu pelembang.